Monday, 27 July 2015

Pembelajaran Seni Rupa Pada Paud / TK

     Anak pada usia dini adalah masa emas yang harus di bentuk sebaik mungkin, salah dalam mendidik akan berdampak seumur hidup. Nilai-nilai estetik senipun sebaiknya dikenalkan sejak dini dengan pembelajaran seni rupa salah satunya, kalau ini di kenalkan maka anak tidak akan bingung memilih berdasar pilihannya sendiri.
    Masih ingat ketika anak SMA di suruh menggambar bebas maka hampir 50% anak atau lebih akan menggambar objek 2 gunung dengan jalan melengkung, padahal di dekatnya ada objek tas, sepatu, meja, kursi,sekolahan,dan lain-lain, ini secara tidak langsung dapat menggambarkan betapa nilai imajinasi anak dalam objek itu begitu sempit.
    Berawal dari keprihatinan itu, salah satu upaya mengenalkan nilai-nilai estetis lewat coretan gambar kami mencoba ajarkan seni rupa pada anak-anak PAUD / Tk, semoga bisa untuk inspirasi mengajar .
semangArt mengajar.
                                          menggambar kaos tangan

                                          menggambar baju

                                          menggambar mangga

                                          menggambar daun

                                          menggambar dan mendongeg

Seni Kontemporer

         KBM seni rupa, mengenalkan karya seni kontemporer pada siswa dengan berkarya seni instalasi dengan tema anti korupsi.Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.
        menurut wikipedia seni kontemporer di indonesia, mencatat istilah ini sejak awal 1970-an, ketika Gregorius Sidharta memberi judul pamerannya sebagai Seni Patung Kontemporer. Berangkat dari ketidak-setujuan akan Pameran Besar Seni Lukis Indonesia yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki pada Desember 1974, sejumlah perupa muda protes dengan mengirimkan karangan bunga duka cita atas kematian seni rupa Indonesia. Kejadian ini dikenal sebagai Desember Hitam (1974). Setahun kemudian, perupa-perupa muda itu berkumpul dan berpameran bersama di Taman Ismail Marzuki dengan tajuk Pameran Seni Rupa Baru (1975). Dalam pameran itu, mereka mengeluarkan sebuah manifesto tentang apa yang mereka maksud dengan seni rupa baru Indonesia. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (aktif pada 1975-1989).
    salah satu praktek berkarya seni kontemporer di sekolahan sebagai berikut :

Pembelajaran Seni Rupa dengan pendekatan saintifik ( kurikulum 13 )

Pembelajran seni rupa dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Secara umum Pendekatan saintifik  dalam semua pembelajaran disajikan  sebagai berikut:

a.        Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan  mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81A/2013, hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b.        Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c.         Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d.        Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan  informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

e.         Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.

f.         Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui  menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 

untuk aplikasi K 13 dalam pelajaran seni budaya kurang lebih seperti berikut :
pelajaran seni budaya tingkat SLTP :
tingkat PAUD / TK
semoga bermanfaat..
salam budaya...

Friday, 10 July 2015

Seni Rupa , Membuat Pola Batik Dengan Alat Canting

Latihan berkarya batik, dengan pengenalan dasar mencanting adalah hal dasar untuk memperkenalkan pada siswa tentang proses pembuatan batik.
hal yang perlu di ketahui adalah :
1. Pola
    Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola.
2. Batik
   Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknikteknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009

Sebelum kita belajar tehnik pembuatan batik, ada baiknya kita ketahui dahulu bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan batik tulis.
Bahan pembuatan batik tulis
1.    Canting
2.    Pensil pola
3.    Kain mori putih yang biasanya kain sutera atau kain katun
4.    Lilin malam (wax)
5.    Kompor atau alat pemanas lilin malam (wax)
6.    Bahan pewarna kain

3. Canting
      Canting merupakan Alat untuk menulis/ menggambar diatas kain dalam proses membatik.  Canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu.  Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif.
4. membuat pola batik dengan cantin
    Teknik batik tulis dilakukan dengan menorehkan cairan malam/ lilin melalui media canting tulis.  Proses pembuatan batik tulis malam/ lilin hamper serupa dengan proses pembuatan batik cap.  Cairan malam / lilin harus tetap terjaga pada kondisi suhu 70 derajat celcius.  Dengan menggunakan canting tulis cairan malam diambil dari nyamplung.  Cucuk canting harus berlubang, sehingga perlu ditiup agar membran cairan terbuka.  Setelah itu cairan malam baru dioleskan sesuai motif yang telah digambar di kain mori dengan pensil.
 Dalam proses pembuatan batik tulis kita harus menyiapkan terlebih dahulu kain mori terbentang, mengambar sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil, kemudian menorehkan cairan malam/ lilin dengan warna dengan menggunakan canting tulis secara teliti dan hati-hati.  Apabila kain mori telah selesai digambar dengan cairan malam/ lilin, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan, lorot malam, membilas soda, dijemur, dan disetrika.
Proses Detail Pembuatan Batik Tulis
  1. Siapkan kain mori/ sutra, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil.
  2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan
  3. Nyalakan kompor/ anglo, letakkan malam/ lilin ke dalam wajan/ nyamplung, dan panaskan wajan dengan api kecil sampai  malam/ lilin mencair sempurna.  Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil biarkan api tetap menyala kecil.
  4. Tahap selanjutnya, menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (sama dengan warna dasar kain).  Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar.  Proses ini bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/ kain kedalam larutan pewarna bagian yang diberi lapisan malam/ lilin tidak terkena pewarna.
  5. Pada proses membatik dimulai dengan mengambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas kemudian torehkan/ goreskan canting dengan mengikuti motif.  Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain, karena akan mempengaruhi hasil motif batik.
  6. Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna atau diberi warna yang lain tertutup oleh malam/lilin, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan.  Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.  Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh malam/ lilin.  Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.  Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada tahap berikutnya.
  7. Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
  8. Setelah kering dilakukan proses pelorodan, proses tehnik “pelorodan” dilakukan dengan cara lilin dikerik dengan pisau, kemudian kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu, atau menggunakan tehnik pelepasan lilin dengan dilumuri bensin, kemudian Kain disetrika sehingga lilin menjadi meleh.  Dari keempat jenis pelepasan lilin di atas, tehnik perebusan kain dengan soda abu dan tehnik setrika adalah yang lazim digunakan oleh pembatik tradisional.
  9. Kain yg telah berubah warna tadi direbus dalam air panas.  Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan malam/ lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.  Apabila diinginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yg kita inginkan.
  10. Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.
  11. selanjutnya proses pencelupan warna yang kedua, dengan memberikan malam/ lilin lagi, pencelupan ketiga dst.  Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tsb satu persatu  lengkap dengan proses membuka/nglorot dan menutup malam/ lilin dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
  12. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
  13. Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.
untuk lebih jelasnya silakan lihat video sebagai berikut :


latihan nyanting di sekolahan MA NU Gondang, sragen
selamat mencoba, salam budaya...



Thursday, 9 July 2015

Cara Teknik Membuat Patung Dari Batu Kerikil

Inilah tentang Cara Teknik Membuat Patung Dari Batu Kerikil

BERKARYA 3 D yo...patung dari bahan di sekitar kita yaitu batu " kerikil "yang sering kita injak dan tidak kita perhatikan ,dengan karya patung ini kerikil di eksploitasi dengan karakternya hingga terbentuk karya2 yang unik...yang mau tidak mau kita serius memperhatikan keunikannya...
semoga bisa di jadikan inspirasi untuk karya2 yg heboh lagi...
semoga ada manfaatnya...
bahan :
- batu kerikil
- lem (lem bakar)
- cat warna

yusron.w,S.Pd
guru SBK MA NU Gondang
gondang, sragen

untuk lebih jelasnya simak video berikut :


Wednesday, 8 July 2015

Ujian Praktek SBK Kelas IX

bingung materi ujian praktek SBK untuk SMP/MTS ?
ini mungkin bisa untuk inspirasi
seni budaya , KBM seni rupa di SMP AN NAJAH gondang-sragen, pembelajaran ini di sampaikan pada saat ujian praktek kelas IX. aplikasi pembuatan lukis kaca bisa di terapkan pada botol, gelas, piring atau benda-benda di sekitar kita. untuk hasil yang maksimal dan tahan terhadap air maka saat finishing bisa di semprot dng pilox clear. semoga bermanfaat ....
salam budaya...
yusron w
guru SBK SMP AN NAJAH
Gondang-sragen



Membuat Media Lukis ( Kanvas )

Seni lukis menurut wikimedia adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.




Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvaskertaspapan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imajitertentu kepada media yang digunakan oleh kapur baros.
sedangkan Kanvas menurut wikimedia adalah kain yang berlapis cat campur lem, merupakan kain kanvas terbuat dari yang kain tipis sampai kain tebal dan kuat. Bahan ini dipergunakan untuk membuatlayar dan terutama dasar lukisan.
Seorang seniman sebelum melukis membentang kain kanvas di atas kayu bentang (spanram). Biasanya kanvas ini dibuat dengan menggunakan campuran bahan-bahan seperti cat tembok, lem, dan cat lapisan tipis berbahan dasar minyak untuk lapisan terakhir, kanvas ini khusus untuk cat minyak. untuk cat acrylic atau cat berbahan dasar air tidak perlu dilapisi cat minyak.
Untuk membuat kanvas sendiri ada beberapa bahan yang perlu kita siapkan, yaitu rangka kanvas atau spanram terbuat dari kayu, kain blacu atau kain katon, lem kayu (gom arabic, ancur) bisa juga lem putih yang biasa dipakai plamir tembok, cat tembok (pilih yang kadar acryliknya tinggi), zink white (Zn), dan cat kayu warna putih beserta pelarutnnya (cat pengencer minyak).
Cara membuat Kanvas :
  1. Bentangkan kain blacu (katun) di atas bingkai kayu yang sudah disiapkan dengan kekencangan yang cukup.
  2. Buat campuran yang terdiri cat tembok putih, lem kayu dan zeng white (Zn).(perbandingan 2:1:1) (
  3. Olesi kain blacu yang sudah dibentangkan dengan campuran di atas, gunakan kuas atau scraft.
  4. Setelah kering catlah kanvas tadi dengan cat berbasis minyak seperti cat kayu/besi dengan tujuan mencegah terjadinya lukisan tembus ke belakang kanvas. Proses pengecatan ini bisa dilakukan dengan cat putih dengan kadar yang agak encer, keringkan dan kanvas siap dipakai
Untuk lebih detail pembuatannya lihat Video berikut , salam budaya, semoga bermanfaat.